Garut, 23 Juli 2025 – Suasana ceria dan penuh semangat mewarnai Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Garut pada peringatan Hari Anak Nasional tahun ini. Berbeda dari perayaan sebelumnya, seluruh guru dan siswa-siswi MAN 4 Garut bersatu padu memeriahkan hari istimewa ini dengan menggelar berbagai permainan tradisional khas zaman dulu. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana melestarikan warisan budaya yang mulai tergerus arus modernisasi.
Pagi itu, sejak pukul 07.00 WIB, lapangan MAN 4 Garut telah dipadati oleh ratusan siswa dengan seragam olahraga yang cerah. Para guru pun tak ketinggalan, turut membaur dengan senyum lebar, siap mengikuti setiap sesi permainan. “Kami ingin Hari Anak Nasional kali ini meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak, bukan hanya sekadar seremoni. Melalui permainan tradisional, kami berharap mereka bisa merasakan kegembiraan yang autentik, sekaligus belajar nilai-nilai kebersamaan dan sportivitas,” ujar Dr. B. Fariz J.M. Misbah, M.Pd., Kepala MAN 4 Garut, dalam sambutan pembukaannya.
Empat jenis permainan tradisional menjadi bintang utama dalam perayaan ini: sapintrong, gobag sodor, boyongan, dan sondah. Setiap permainan disiapkan di area yang berbeda, lengkap dengan panduan dan pengawas dari para guru. Pembagian kelompok dilakukan secara acak, memastikan setiap siswa berinteraksi dengan teman-teman dari kelas yang berbeda, bahkan dengan para guru.
Permainan sapintrong, atau lompat tali, menjadi salah satu yang paling menarik perhatian. Puluhan siswa melompat lincah mengikuti irama tali yang berputar cepat, diiringi sorakan semangat dari rekan-rekan mereka. Tak jarang, beberapa guru turut mencoba peruntungan, meski akhirnya harus mengakui kelincahan para siswa. Gelak tawa pun pecah saat ada yang tersangkut tali, menambah semarak suasana.
Di sudut lain, arena gobag sodor dipenuhi dengan strategi dan adu ketangkasan. Permainan yang mengandalkan kecepatan dan kelincahan ini dimainkan dengan penuh semangat oleh tim-tim yang bersaing ketat untuk melewati hadangan lawan. Guru-guru terlihat antusias memberikan arahan dan taktik, seolah kembali ke masa kecil mereka. “Rasanya seperti kembali muda! Permainan ini sangat menguras energi, tapi menyenangkan sekali,” ungkap Ibu Ani Lestari, salah satu guru Bahasa Indonesia, sembari menyeka keringat di dahinya.
Sementara itu, permainan boyongan menguji kekompakan dan kekuatan fisik. Dalam permainan ini, beberapa siswa saling bahu-membahu menggendong teman satu tim untuk melewati rintangan. Semangat kebersamaan sangat terasa saat mereka saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain. Tak kalah seru, permainan sondah, atau engklek, juga menarik minat banyak siswa dan guru. Mereka melompat-lompat dengan satu kaki di atas petak-petak yang digambar di tanah, menunjukkan keseimbangan dan konsentrasi.
Kegiatan ini tak hanya sekadar bermain, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif. Melalui permainan tradisional, siswa belajar tentang kerjasama tim, sportivitas, strategi, dan pentingnya berinteraksi langsung tanpa terpaku pada gawai. Mereka juga diajak untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya bangsa yang mungkin selama ini luput dari perhatian.
“Seru banget! Baru tahu kalau permainan tradisional bisa seseru ini. Biasanya cuma main game di HP, tapi ini jauh lebih menyenangkan karena bisa bareng teman-teman dan Bapak/Ibu guru,” ujar Sandi, siswa kelas XI, dengan wajah berseri-seri. Jadi lebih akrab sama teman-teman dan guru-guru juga.”
Peringatan Hari Anak Nasional di MAN 4 Garut tahun ini berhasil menciptakan memori indah bagi seluruh civitas akademika. Melalui semangat kebersamaan dan keceriaan yang dihadirkan oleh permainan tradisional, MAN 4 Garut tidak hanya merayakan hak-hak anak, tetapi juga turut serta dalam melestarikan warisan budaya bangsa. Diharapkan, kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk menghidupkan kembali pesona permainan tradisional di tengah gempuran modernisasi.